Mengapa Harga Produk Pertanian Selalu Fluktuatif?
Dalam beberapa tahun terakhir, harga kebutuhan pokok terutama komoditi pertanian selalu menjadi perhatian publik. Khusus di negara berkembang seperti di Indonesia, kenaikan harga pangan seperti bawang merah, cabe dan daging seringkali terjadi sehingga memaksa pemerintah membuka keran impor.
Meningkatnya fluktuasi terhadap harga pasar pada komoditi pertanian dapat meningkatkat risiko finansial terhadap semua pelaku pasar. Ada banyak faktor penyebab kenaikan harga produk pertanian, terlepas dari isu tentang mafia pangan gejolak harga pangan tidak menjadi masalah selama pasar memenuhi fungsinya dan tidak disalahgunakan atau dimanipulasi.
Dalam hal ini, peran dari pemerintah terhadap kebijakan pasar pasar pertanian sangat penting baik bagi konsumen maupun petani. Disamping untuk melindungi konsumen dengan adanya kebijakan yang tepat maka petani juga tidak akan merasa dirugikan.
Produk hasil pertanian merupakan produk yang tidak tahan simpan, sehingga sewaktu-waktu pada musim panen tiba petani harus segera menjual hasil panennya. Ketika musim panen raya terjadi, maka akan terjadi lonjakan produksi yang menyebabkan stok barang di pasar melimpah. Kembali ke teori permintaan dan penawaran, stok barang yang melipah tanpa dibarengi permintaan yang tinggi akan mengakibatkan harga suatu komoditi anjlok.
Misalnya pada komoditas bawang merah, salah satu tanaman hortikultura penting di Indonesia ini merupakan salah satu produk yang harganya sangat fluktatif. Bawang merah yang sangat terkenal adalah bawang brebes kerena daerah tersebut merupakan daerah pusat produksi bawang merah. Ketika musim panen tiba, petani di brebes akan memanen serempak saat musim panen tiba untuk menyuplai pasar ke seluruh Indonesia. Dampaknya akan terjadi lonjakan produksi di sektor hulu sehingga pasar kesulitan untuk menampung dan harga akan merosot jauh.
Korban kerugian akibat sistem ini adalah petani lokal di daerah lain karena mereka harus mengikuti harga yang ditetapkan oleh pasarnya sendiri. Namun ketika petani brebes baru memulai musim tanam maka akan terjadi kelangkaan terhadap komoditas bawang merah dan harganya akan mengalami kenaikan.
Dari uraian di atas jelas tentang alasan dibalik mengapa harga komoditi pertanian selalu fluktuatif ternyata dipengaruhi oleh berbagai faktor. Namun terlepas dari hal-hal di atas, peran pemerintah dalam menjaga rantai pasok serta stabililtas harga sangatlah penting untuk kesejahteraan petani dan kenyamanan konsumen. Pemerintah harus membuat kebijakan yang pro terhadap petani dan membuka pasar untuk petani lokal. Jika hal ini memungkinkan, bukan tidak mungkin petani kita akan semakin berkembang dan membuka pasarnya sendiri. Sekian artikel mengenai "Mengapa Harga Produk Pertanian Selalu Fluktuatif?", jika ada beberapa pertanyaan dan saran mari kita diskusikan di kolom komentar di bawah ini. Wassalam
Meningkatnya fluktuasi terhadap harga pasar pada komoditi pertanian dapat meningkatkat risiko finansial terhadap semua pelaku pasar. Ada banyak faktor penyebab kenaikan harga produk pertanian, terlepas dari isu tentang mafia pangan gejolak harga pangan tidak menjadi masalah selama pasar memenuhi fungsinya dan tidak disalahgunakan atau dimanipulasi.
Pasar Tradisional |
Dalam hal ini, peran dari pemerintah terhadap kebijakan pasar pasar pertanian sangat penting baik bagi konsumen maupun petani. Disamping untuk melindungi konsumen dengan adanya kebijakan yang tepat maka petani juga tidak akan merasa dirugikan.
Alasan Naik-Turunnya Harga Komoditas Pertanian
Naik-turunnya harga komoditi pertanian dipengaruhi oleh berbagai faktor, berikut ini adalah beberapa alasan mengapa harga produk hasil pertanian selalu mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun
Perubahan Musim dan Cuaca
Cuaca yang tidak menentu meningkatkan resiko hama dan penyakit pada tanaman. Misalnya pada musim penghujan, harga cabai dan bawang merah biasanya akan meningkat tajam seiring dengan penurunan produksi panen oleh petani.Permintaan Pasar Tinggi Tapi Produksi Panen Pertanian di Sektor Hulu Rendah Sebaliknya
Sesuai dengan teori supply and demand, dimana nilai antara permintaan dan penawaran selalu berbanding terbalik. Kasus ini dapat kita amati pada hari-hari besar, permintaan hasil panen pertanian terutama pada komoditi pangan dan rempah akan mengalami kenaikan. Apabila para pelaku pasar tidak dapat memenuhi permintaan konsumen maka akan terjadi kelangkaan suatu barang sehingga menyebabkan kenaikan harga.Produk hasil pertanian merupakan produk yang tidak tahan simpan, sehingga sewaktu-waktu pada musim panen tiba petani harus segera menjual hasil panennya. Ketika musim panen raya terjadi, maka akan terjadi lonjakan produksi yang menyebabkan stok barang di pasar melimpah. Kembali ke teori permintaan dan penawaran, stok barang yang melipah tanpa dibarengi permintaan yang tinggi akan mengakibatkan harga suatu komoditi anjlok.
Rantai Pasar Terlalu Panjang
Jika diamati sistem pasar pada komoditi pertanian sangat unik terutama pada rantai pasar. Rantai pasar produk pertanian sangat fleksibel dan semua orang selain petani juga bisa menjadi pelaku pasar. Harga komoditi pertanian umumnya terbagi menjadi 3, yakni harga di tingkat petani, harga tengkulak, harga grosir dan harga eceran. Rantai-rantai pasar tersebut sangat memungkinkan bagi beberapa oknum untuk memainkan stok barang dan harga.Minimnya Petani Lokal yang Menyuplai Pasar Lokalnya Sendiri
Jika di Amerika sedang digalakkan pertanian berbasis lokal, tapi di Indonesia beberapa komoditas pertanian selalu difokuskan pada suatu daerah sebagai pusat produksi. Apabila ditilik mendalam, sebenarnya cara tersebut hanya akan memperpanjang rantai pasar. Belum lagi pada musim panen raya tiba, harga komoditas akan semakin anjlok dan menyebabkan petani lokal dirugikan.Misalnya pada komoditas bawang merah, salah satu tanaman hortikultura penting di Indonesia ini merupakan salah satu produk yang harganya sangat fluktatif. Bawang merah yang sangat terkenal adalah bawang brebes kerena daerah tersebut merupakan daerah pusat produksi bawang merah. Ketika musim panen tiba, petani di brebes akan memanen serempak saat musim panen tiba untuk menyuplai pasar ke seluruh Indonesia. Dampaknya akan terjadi lonjakan produksi di sektor hulu sehingga pasar kesulitan untuk menampung dan harga akan merosot jauh.
Korban kerugian akibat sistem ini adalah petani lokal di daerah lain karena mereka harus mengikuti harga yang ditetapkan oleh pasarnya sendiri. Namun ketika petani brebes baru memulai musim tanam maka akan terjadi kelangkaan terhadap komoditas bawang merah dan harganya akan mengalami kenaikan.
Dari uraian di atas jelas tentang alasan dibalik mengapa harga komoditi pertanian selalu fluktuatif ternyata dipengaruhi oleh berbagai faktor. Namun terlepas dari hal-hal di atas, peran pemerintah dalam menjaga rantai pasok serta stabililtas harga sangatlah penting untuk kesejahteraan petani dan kenyamanan konsumen. Pemerintah harus membuat kebijakan yang pro terhadap petani dan membuka pasar untuk petani lokal. Jika hal ini memungkinkan, bukan tidak mungkin petani kita akan semakin berkembang dan membuka pasarnya sendiri. Sekian artikel mengenai "Mengapa Harga Produk Pertanian Selalu Fluktuatif?", jika ada beberapa pertanyaan dan saran mari kita diskusikan di kolom komentar di bawah ini. Wassalam
0 Response to "Mengapa Harga Produk Pertanian Selalu Fluktuatif?"
Posting Komentar